Preman Kampung yang Berbekal Ilmu Kebal

Family / 9 February 2012

Kalangan Sendiri

Preman Kampung yang Berbekal Ilmu Kebal

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
24241

Cecep Djuana Siburian dibesarkan oleh ayah yang keras. Sebagai anak pertama dia selalu dituntut untuk memberikan teladan untuk adik-adiknya, namun sedikit kesalahan dia pun jadi sasaran amuk ayahnya. Cecep merasa hidupnya begitu tertekan dan ingin berontak, ia pun mulai masuk ke pergaulan yang buruk dan akhirnya menjadi preman.

“Saya diminta teman-teman menjadi ketua gank, tempat kumpul anak-anak yang nggak bener”, kisah Cecep.

Setiap toko maupun warung di daerahnya tak luput untuk dipalak Cecep, jika berhasil uang tersebut digunakan untuk membeli minum alkohol dan rokok.

“Ada rasa bangga ketika anak buah mengikuti dari kiri kanan dan belakang. Tidak terpikir untuk punya tujuan hidup, yang penting punya uang banyak dan apa yang aku mau bisa ada,” ungkap Cecep.

Suatu ketika Cecep memalak seseorang, namun orang itu melawan dan terjadi keributan. Warga datang untuk memisahkan mereka, kejadian itu membuat Cecep merasa membutuhkan kekuatan lain untuk bisa melindunginya.

“Karena saya banyak tekanan dan banyak musuh saya harus melengkapi diri saya dengan kekuatan gaib”, ungkap Cecep.

Selama tujuh hari Cecep berguru dari seorang dukun. Dukun itu mengajarinya mantra-mantra gaib untuk ilmu kebal dan memberi Cecep kain sakti untuk melindungi dirinya. Untuk mencoba ilmu kebalnya itu, Cecep pergi ke tukang cukur namun gunting yang digunakan tidak ada yang mampu memangkas rambutnya. Sejak saat itu Cecep makin berani beraksi dan tidak takut pada polisi.

“Ilmu yang saya pelajari itu tidak mempan dibacok, tidak mempan ditembak,” ungkap Cecep.

Cecep pun akhirnya menikah, di saat melakukan aksinya, istrinya pun tahu apa yang dilakukan suaminya. Hal ini terus dilakukan Cecep hingga suatu ketika dia mulai merasa takut.

“Tahun 93 saya mau bertobat, karena tahun sebelum-sebelumnya banyak teman saya yang sudah diciduk oleh misterius,” tutur Cecep.

Atas persetujuan dan dukungan sang istri, Cecep menjual rumah mereka untuk memulai hidup yang baru. Bermodal uang hasil penjualan rumah, Cecep beserta istrinya pindah ke Bogor.

Cecep berusaha untuk berubah namun hal itu tidak berlangsung lama. Cecep mulai enggan untuk diajak pergi ke gereja, sang istri pun tidak berdaya melihat sikap suaminya itu.

“Udah pergi aja sana, kirim salam buat Tuhan Yesus. Tuhan juga tahu kalau orang capek”, Cecep menceritakan penolakannya.

Susi Greta, istri Cecep tidak putus harapan. Tak henti-hentinya dia berdoa agar Tuhan mengubah kehidupan Cecep.

“Saya berdoa minta sama Tuhan kiranya Tuhan mau pulihkan dia (Cecep). Saya nggak pandai berdoa, tapi saya pikir Tuhan pasti mengerti maksud saya”, kisah Susi.

Enam tahun lamanya Susi menunggu jawaban Tuhan, doa dan perjuangan yang Susi lakukan tidak sia-sia. Cecep memberanikan diri untuk datang ke pertemuan ibadah hal yang selama ini belum terbiasa dilakukannya.

“Sebelum pulang aku didoakan, dan disitu ada keinginan untuk bertobat. Aku rasakan ada Roh Kudus,” Cecep menangis.

Mulai ada perubahan dalam hidup Cecep, kejenuhannya dalam hidup premanisme membuat Cecep mengambil keputusan besar. Jimat-jimat yang selama ini melindunginya dibuang.

“Tuhan dalam tubuhku ada milik jin ada milik setan, ampuni aku Tuhan, aku akan lepas, aku akan buang dan aku akan tinggalkan itu”, ucap Cecep dalam doanya sebelum membuang jimat-jimatnya itu.

Niat untuk berubah tidak sampai disitu saja, Cecep mengikuti camp khusus pria, disana dia mengakui semua perbuatan yang selama ini dilakukannya.

“Saya meninggalkan kebiasaan lama, saya mau hidup dengan paradigma baru. Tuhan mau saya dan keluarga hidup taat kepada-Nya, Tuhan mau aku menjadi imam, kepala dan bukan buntut di keluarga”, Cecep bersaksi.

Setelah pengakuan Cecep bahwa dirinya adalah orang berdosa serta rasa sakit hatinya pada sang ayah, Cecep merasa hidupnya makin dipulihkan.

“Saya sudah plong, sudah tidak ada beban lagi”, ungkapnya.

Kisah kelam Cecep pun telah Tuhan ampuni, tahun 2006 adalah saat yang paling membahagiakan bagi Cecep dimana ia telah benar-benar meninggalkan kehidupan yang lama.

“Sekarang ini setelah dia pulih, dia sudah tidak ada lagi dukun-dukun, ngomongnya juga sudah lemah lembut”, Susi menambahkan.

“Tuhan Yesus tidak pernah menghitung dosa kita, yang penting kita mau mengakui dosa kita dan tinggalkan dosa kita dan perbuatan kita lalu hidup baru bersama Tuhan”, Cecep mengakhiri kesaksiannya.

Sumber : V111215132517
Halaman :
1

Ikuti Kami